Timeline di atas merupakan rekonsiliasi berbagai sumber sejarah seperti Prasasti, Kronik Cina, Catatan Asing, Naskah Lokal, beberapa Tambo dan tentunya yang terbaru adalah Kitab Salasilah Rajo-Rajo di Minangkabau.

Timeline ini mengkompilasi 4 Dinasti/Kawasan yang paling mempengaruhi Sejarah Minangkabau dalam 1300 tahun. Namun untuk keperluan penyederhanaan, kronologis dibatasi pada tahun 550 M – 1840 M. Empat dinasti utama yang tergambar dalam Timeline ini adalah:

  1. Dinasti Bukit Seguntang Ranjani (atau sering disebut Dinasti Syailendra Sriwijaya). Dinasti ini (menurut KSRM) berasal dari Bukit Seguntang Kualo Ranjani yang diperkirakan berada di Kawasan Batanghari Sembilan Sumatera Selatan, namun banyak kalangan menyimpulkan wilayah asal mereka adalah di sekitar Palembang atau Muka Upang, khususnya di tempat Prasasti Kedukan Bukit ditemukan. Pada tahun 682 M, Dinasti ini memindahkan ibukotanya ke Kualo Batanghari (Malayu Tapi Air), dengan menaklukkan Kerajaan Malayu yang juga beribukota disana. Selama 342 tahun dinasti yang kerap disebut sebagai Kerajaan Sriwijaya ini menempati kawasan Muaro Jambi dan membangun banyak percandian disana, sehingga membingungkan kalangan Sejarahwan tentang dimana ibukota Sriwijaya sebenarnya. Penguasaan Dinasti Bukit Seguntang Ranjani terhadap Kualo Batanghari berakhir dengan Invasi Chola yang memaksa bangsawannya untuk mengungsi ke Sumpur Sirenopuro di pedalaman Minangkabau, setelah raja terakhirnya yaitu Sangrama Vijayatunggavarman tertawan oleh angkatan laut Chola. Dinasti ini berhasil melanjutkan beberapa generasi di 2 tempat pengungsian yaitu Natanpura dan Sumpur Sirenopuro (Swarnapura), sebelum akhirnya melebur dengan beberapa dinasti lainnya. Tentang hal ini akan dibahas terpisah.
  2. Dinasti Malayu Tapi Air. Dinasti ini merupakan trah asli Kerajaan Malayu yang beribukota di Kualo Batanghari. Setelah ditaklukkan oleh Dinasti Bukit Seguntang Ranjani, mereka menyingkir ke wilayah Hulu Batanghari yang mereka namakan Malayu Kampung Dalam Tiga Laras (Tri Bhuwana). Mereka harus menunggu selama 500 tahun hingga kerajaan mereka berdiri kembali setelah kehancuran Bukit Seguntang Ranjani (Sriwijaya) oleh serangan Chola. Saat berdiri kembali, dinasti ini dikenal sebagai Dinasti Mauli dan kerajaan barunya dikenal sebagai Kerajaan Dharmasraya. Dinasti ini berperan penting terhadap Minangkabau, karena salah satu keturunannya yaitu Adityawarman mendirikan negara baru yang bernama Malayapura di dalam wilayah Minangkabau.
  3. Dinasti Gunung Marapi. Dinasti ini merupakan dinasti inti yang melahirkan kebudayaan Minangkabau. Kaum bangsawan aslinya merupakan imigran yang pindah dari Tanah Ranjani atau Tanah Basa pada sekitar abad ke-6 Masehi dan langsung menuju Gunung Marapi karena alasan kepercayaan. Meski demikian, kawasan yang mereka tempati sebenarnya telah dihuni oleh berbagai kelompok penduduk asli dan kedatangan mereka malah berperan menyatukan kelompok-kelompok tersebut secara berangsur-angsur. Informasi rinci terkait dinasti ini cukup beragam, namun selama ini cenderung dianggap mitologis karena hanya termaktub dalam berbagai Tambo yang kadang tidak konsisten satu sama lain. Terungkapnya KSRM akhirnya memperterang beberapa informasi yang sebelumnya sangat samar tentang awal mula dinasti ini. Dinasti ini menurunkan Dinasti Malayapura Balai Gudam dan Dinasti Bunga Setangkai – Bukit Batu Patah – Balai Janggo yang memerintah Kerajaan Pagaruyung dari 1347 – 1834 M.
  4. Dinasti Raja-Raja Pesisir Barat. Kelompok terakhir ini memiliki keunikan tersendiri karena informasi tentang mereka sangat tersebar di sepanjang wilayah kebudayaan mereka. Sejarah mereka terentang panjang sejak abad ke-2 M hingga kemudian menggabungkan diri dengan Minangkabau. Interaksi paling utama antara Kawasan Pesisir Barat dan Kawasan Gunung Marapi, adalah ketika Puti Indo Jalito menikahi Hyang Indera Jati yang berasal dari Pesisir Barat, dan kemudian ketika Datuak Katumanggungan diangkat menjadi Raja di Tiku Pariaman. Sejak saat itu Kawasan Tiku Pariaman digabungkan ke Minangkabau dan mendapatkan status sebagai Rantau Rajo Alam. Kedua anak Datuak Katumanggungan kemudian menurunkan raja-raja berdarah campuran Minangkabau Pariangan – Pesisir Barat, dan cucunya Rajo Anggun Nan Tongga merupakan Raja Pesisir Barat pertama yang memiliki keturunan campuran ini. Kawasan Pesisir Barat sudah sangat heterogen sejak dulunya, karena selain dihuni penduduk asli, terdapat juga banyak koloni-koloni pedagang dan pengungsi dari berbagai kawasan Timur Tengah, Champa dan Asia Selatan, misalnya koloni Arab, Persia dan Tamil. Kawasan ini memiliki tradisi folklore yang sangat kuat dan sebahagian besarnya seperti menceritakan dunia yang berbeda yang tidak terkait dengan apa yang terjadi di pedalaman Sumatera dan atau kawasan Pesisir Timur yang dihuni Dinasti Bukit Seguntang Ranjani dan Dinasti Malayu Tapi Air.

Berikut adalah timeline kekuasaan keempat dinasti di atas yang disajikan bersandingan norizontal untuk mendapatkan sudut pandang baru tentang interaksi mereka di kawasan Pulau Andalas.

Silahkan klik link berikut untuk mendownload versi high resolution.

[Disclaimer: Artikel ini mengandung beberapa informasi yang bersumber dari naskah KSRM. Investigasi mendalam pada naskah ini mengindikasikan adanya fabrikasi cerita, nama tokoh dan nama tempat serta saduran cerita dari berbagai sumber yang sudah dimodifikasi sehingga tidak akurat lagi. Ditemukan juga indikasi penambahan dan sisipan cerita yang kurang jelas sumbernya, atau bersifat imajinasi penulisnya, sehingga orisinalitas dan validitas naskah ini kurang bisa dipastikan. Meski demikian, ada beberapa bagian dari naskah ini yang terindikasi bersumber dari catatan asli dan akurat yang ditulis oleh Yamtuan Patah pada tahun 1800an di pengungsiannya, terutama untuk silsilah Raja-Raja Pagaruyung pasca Sultan Ahmadsyah, meski fisik manuskrip catatan ini belum bisa dipastikan keberadaannya. Artikel ini ditulis sebelum proses investigasi di atas menghasilkan kesimpulan, oleh karenanya kehati-hatian pembaca untuk menyaring informasi dalam artikel ini sangat diharapkan. Silahkan merujuk pada artikel1, artikel2, artikel3, artikel4, artikel5, artikel6, artikel7, artikel8, dan artikel9 untuk menyimak hasil investigasi selengkapnya. Fokus utama MozaikMinang tetap pada analisa, investigasi dan interpretasi terhadap istilah-istilah langka tertentu yang muncul pada berbagai naskah, dengan harapan dapat mengungkap beberapa misteri dalam Sejarah Minangkabau]