1. Kerajaan Pasumayan Koto Batu
Kerajaan ini disebut-sebut dalam Tambo Alam Kerinci sebagai tempat asal ninik masyarakat Kerinci. Rajanya bernama Sri Maharajo Dirajo yang merupakan kepala rombongan yang datang ke Pasumayan Koto Batu, Daerah kekuasaannya di Langgundi Nan Baselo yang masih diseputar Pasumayan Koto Batu, istrinya bernama Puti Indo Jalito dan anaknya bernama Sutan Maharajo Basa yang kemudian bernama Datuk Katumanggungan. Setelah meninggal dunia Sri Maharajo Dirajo digantikan oleh Datuk Suri Dirajo.
Semasa pemerintahan Datuk Suri Dirajo terjadi suatu peristiwa yaitu datang rusa dari laut yang besar sekali (sebagian menerjemahkannya sebagai peristiwa kedatangan Sang Sapurba). Atas petunjuk Datuk Suri Dirajo rusa besar tersebut dapat dijerat dan disembelih. Rakyat beriang-riang dan akhirnya tempat itu bernama Pariangan. Saat suasana beriang-riang itu Datuk Suri Dirajo menuju pada suatu tempat dan berdiri pada sebuah batu besar sambil menyandang pedang panjang. Akhirnya temat itu bernama Padang Panjang. Sebagai wakil raja di Pariangan diangkat Datuk Bandaro Kayo dan di Padang Panjang diangkek Datuk Maharajo Basa.
Di Pariangan didirikan sebuah tempat bersidang yang disebut Balai Nan Saruang. Di Balai Nan Saruang inilah segala sesuatu dimusyawarahkan yang berkaitan dengan pemerintahan adat dan kepentingan rakyat.
Semasa Kerajaan Pasumayan Koto Batu berlaku Undang-Undang yang bernama “Undang-Undang Simumbang Jatuah” Undang-undang ini sangat keras dan sebagai contoh siapa yang membunuh akan dibunuh. Apa yang diperintahkan harus dijalankan. Mungkin waktu itu tantangan sangat berat dalam membangun nagari seperti manggaluang taruko sawah ladang. Untuk itu perlu kerja keras dan undang-undang yang tegas pula.
Datuk Suri Dirajo kemudian mengangkat Sutan Maharajo Basa yang bergelar Datuk Katumanggungan dan Sutan Balun yang bergelar Datuk Perpatih Nan Sabatang. Keduanya dianggap oleh orang Minangkabau sebagai pendiri adat Koto Piliang dan Bodi Caniago.
Semasa kerajaan Pasumayan Koto Batu ini adat Minangkabau sudah disusun sedemikian rupa kemudian disempurnakan oleh Datuk Katumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang.
2. Kerajaan Dusun Tuo dan Bungo Satangkai
Setelah Kerajaan Pasumayan Koto Batu berakhir dengan Rajanya Sri Maharajo Dirajo yang kemudian digantikan oleh Datuk Suri Dirajo. Maka selanjutnya muncul 2 orang pemimpin yang bernama Datuk Katumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang. Sebagaimana dikatakan sebelumnya kedua orang tokoh ini seibu berlainan bapak.
Datuk Katumanggungan mendirikan Kerajaan Bungo Satangkai di Sungai Tarab dan sebagai yang dipertuan adalah Datuk Banadaro Putiah. Sedangkan datuk Perpatih Nan Sabatang meninggalkan Nagari Pariangan Padang Panjang dan mendirikan Nagari Limo Kaum XII Koto dan IX Koto di Dalam. Didaerah ini yang berdaulat Datuk Perpatih Nan Sabatang sedangkan pemerintahan sehari-hari dilaksanakan oleh Datuk Bandaro Kuning. Yang termasuk Kerajaan Dusun Tuo adalah daerah yang termasuk Lareh Bodi Chaniago adalah Tanjung Nan Tigo dan Lubuak Nan Tigo. Sedangkan Kerjaan Bungo Satangkai meliputi Langgam Nan Tujuh.
Semasa Kerajaan Dusun Tuo dan Bungo Satangkai diadakan perubahan Undang-Undang Simumbang Jatuah dirubah dengan undang-undang Si Lamo-lamo intinya adalah bahwa sesuatu keputusan yang akan diambil diperhitungkan terlebih dahulu masak-masak, melarat dan memanfaatkannya. Hukuman yang telah dijatuhkan belum dapat dilaksanakan tetapi harus diberi tenggang waktu lebih dahulu agar hukuman itu benar-benar menghukum orang yang bersalah.
Yang melaksanakan Undang-undang Si Lamo-lamo adalah Kerajaan Dusun Tuo di bawah pimpinan Datuk Perpatih Nan Sabatang, sedangkan Kerajaan Bungo Setangkai di Bawah pimpinann DatukKatumanggungan tetap bertahan dengan undang-undang Simumbang Jatuah. Akhirnya kedua tokoh ini terjadi perselisihan. Perselisihan ini akhirnya diadakan perdamaian dan ikrar bersama ditandai dengan Batu Batikam. Isi perdamaian bahwa Undang-undang Silamo-lamo berlaku bagi seluruh Minangkabau dan Adat Bodi Chaniago dan Koto Piliang sama-sama berlaku bagi seluruh rakyat Minangkabau.
Selanjutnya terjadi pula perubahan yaitu Undang-undang si Lamo-lamo diganti dengan Undang-undang Tariak Baleh. Sebagai contoh Undang-undang Tariak Baleh ini adalah:
Salah tariak mangumbalikan
Salah cotok malantiangkan
Salah makan mamuntahkan
Artinya kesalahan yang diperbuat seseorang dapat diuperbaikinya kembali sebelum hukuman dijatuhkan kepadanya. Akhirnya undang-undang Tariak Baleh ini terjadi lagi perubahan yaitu Undang-Undang Duo Puluah yang diberlakukan di seluruh Minangkabau baik di Lareh Koto Piliang maupun Lareh Bodi Caniago yang mana sampai sekarang masih berfungsi sebagai hukum adat di nagari-nagari pada saat sekarang.
Yang dapat kita ambil kesimpulan adalah bahwa semasa Datuk Katumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang betul-betul telah mereka susun adat Minangkabau yang nenjadi pegangan bagi orang Minangkabau sejak dahulu sampai sekarang. Tidak mengherankan kalau nama Datuk Katumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang tidak dapat dilupakan oleh orang Minangkabau sepanjang masa.
3. Kerajaan Bukit Batu Patah
Kerajaan Bukit Batu Patah didirikan oleh seseorang Datuk yang bertapa di Bukit Patah. Ini masih ada hubungan keluarga dengan.Yang Dipertuan Bungo Satangkai. Nama Datuk ini adalah Sutan Nun Alam. Di Bukit Batu Patah ini sampai sekarang masih terdapat Luak Nan Tigo, tempat bertapa dilereng Gunung Bungsu di belakang istana Pagaruyung sekarang. Pada masa kerajaan Bukit Batu Patah ini Luak Nan Tigo sudah dapat disatukan dalam masalah adat dan pemerintahan. Sudah dibentuk Rajo Nan Duo Selo dan Basa Ampek Balai.
Rajo Duo Selo tersebut adalah Rajo Alam yang berkedudukan di Bukit Batu Patah dan Rajo Adat berkedudukan di Bungo Satangkai.
Basa Ampek Balai adalah :
- Datuk Bandaro Putiah sebagai Pamuncak di Sungai Tarab
- Indomo di Saruaso sebagai Payuang Panji
- Makhudum di Sumanik sebagai Aluang Bunian
- Tuan Gadang di Batipuh sebagai Harimau Campo
Yang dipertuan Nun Alam digantikan oleh Run Pitualo dan menurut riawayatnya tidak lama pula memerintah di Bukit Batu Patah. Raja ketiga adalah Maharajo Indo dan semasa pemerintahannya pusat kerajaannya dipindahkannya ke kaki Bukit Batu Patah atau di daerah nagari Pagaruyung sekarang. Semasa pemerintahan Maharajo Indo agama Islam sudah masuk ke Minangkabau dari daerah Minangkabau timur.
Maharajo Indo kemudian digantikan oleh Yang Dipertuan Sati. Semasa pemerintahannya Rajo Nan Duo Selo dilengkapi menjadi Rajo Nan Tigo Selo dan Basa Ampek Balai dengan ada perubahan setelah masuk agama Islam. Rajo Alam bersemayam di Balai Gudam, Rajo Ibadat bersemayam di Balai Bungo dan Rajo Adat bersemayam di Balai Janggo. Pada masa itu Basa Ampek Balai adalah :
- Tuan Titah (Panitahan) di Sungai Tarab sebagai Pamuncak yang berfungsi sebagai Menteri Dalam Negeri
- Makhudum di Sumanik sebagai Aluang Bunian atau Menteri Keuangan
- Indomo di Saruaso sebagai Payung Panji atau Menteri Kesejahteraan
- Tuan Kadi di Padang Ganting sebagai suluh bendang yang berfungsi sebagai Menteri Agama dan Penerangan
Sedangkan Tuan Gadang di Batipuh sebagai penanggung jawab di bidang keamanan.
Sumber :
http://www.facebook.com/topic.php?uid=96762294803&topic=8706
23 comments
Comments feed for this article
March 17, 2010 at 6:59 am
din
salahsilah yg berada di malaysia ada ke?
November 28, 2010 at 12:10 am
botsosani
Hmm…Dari literatur sejarah yang say abaca, saya malah berkesimpulan bahwa Pagaruyung yang didirikan Adityawarman penerus terakhir kerajaan Sriwijaya, bermula di Mahat, Minangatamwan, Muara Takus dan kemudian besar di Muaro Jambi dengan Palembang sebagai bandar dagangnya. Setelah serangan kerajaan Chola dari India, Sriwijaya melemah, Palembang lepas, dan dinasti diteruskan oleh Wangsa Mauli di Pulau Punjung, Minangkabau Timur, dan mendirikan Dharmasyraya, dan kemudian oleh Adityawarman di bawa lagi ke dalam Luhak nan Tuo bernama Pagaruyung.
January 5, 2011 at 5:45 pm
putrashahahda
yang diterangkan di atas berdasarakan perspketif Tambo Alam Minangkabau.
November 8, 2013 at 12:34 am
Kerajaan Kerajaan Pendahulu Pagaruyung | YHOHANNES NEOLDY, ST
[…] https://mozaikminang.wordpress.com/2009/10/25/kerajaan-kerajaan-pendahulu-pagaruyung/ […]
January 1, 2021 at 6:02 pm
M Dalil
berdasarkan tahun:
1. Kerajaan Pasumayam Koto Baru/Batu (300 SM)
2. Bungo Satangkai dan Dusun Tuo (500 M)
3. Sriwijaya (700 – 1025 M)
4. Pagaruyung (1347 M)
yang diragukan itu sriwijaya dibuktikan hanya dengan prasasti. dan ada dimana-mana, maka kesimpulannya sriwijaya kerajaan bahari (pelabuhan) perdagangan, beritanya dibawa oleh para pedagang, dan itulah yang menjadi landasan adanya kerajaan sriwijaya, cuma entah dimananya yang jadi masalah. apakah di batang hari, kampar, atau musi. belum dapat dibuktikan dengan tepat.
November 21, 2023 at 7:20 pm
Śhrī Jayanāsa Palembang
Datuk Sriwijaya dari Minang kembali Minang
October 26, 2021 at 8:35 am
Luhak Nan Tigo – Rantau Nan Duo, 5 Daerah Asal Orang Minangkabau Dalam Carano | Paco Paco
[…] mengenal sistem kerajaan seperti Bungo Setangkai dan Pagaruyung, Alam Minangkabau mengenal 3 kelarasan yaitu Laras Koto Piliang, Laras Bodi Caniago […]
October 26, 2021 at 8:47 am
Luhak Nan Tigo – Rantau Nan Duo, 5 Daerah Asal Orang Minangkabau Dalam Carano – Minangkabau Heritage
[…] mengenal sistem kerajaan seperti Bungo Setangkai dan Pagaruyung, Alam Minangkabau mengenal 3 kelarasan yaitu Laras Koto Piliang, Laras Bodi Caniago […]
November 9, 2023 at 9:43 am
Carano dan Penduduk Asli Minangkabau | Paco Paco
[…] mengenal sistem kerajaan seperti Bungo Setangkai dan Pagaruyung, Alam Minangkabau mengenal 3 kelarasan yaitu Laras Koto Piliang, Laras Bodi Caniago […]
November 9, 2023 at 11:55 am
Samara Vijayatunggavarman, Tokoh Kunci Penghubung Sejarah Sriwijaya-Minangkabau | Paco Paco
[…] yang mengawini putri dari Dinasti Gunung Marapi, yang bernama Puti Sari Mayang yang beristana di Pasumayam Koto Batu, Pariangan […]
November 12, 2023 at 3:52 pm
Timeline Sejarah Dinasti Gunung Marapi | Paco Paco
[…] Bukik Patualo […]
November 13, 2023 at 1:56 am
Timeline Sejarah Dinasti Malayapura Pagaruyung | Paco Paco
[…] dinobatkan di Malayu Kampung Dalam Tiga Laras, Adityawarman kemudian pergi ke Tanah Datar menemui Datuak Parpatiah Nan Sabatang, dan pada akhirnya turut dinobatkan menjadi raja disana […]
November 13, 2023 at 4:06 am
Timeline Sejarah Dinasti Bungo Setangkai – Bukit Batu Patah | Paco Paco
[…] Bungo Setangkai yang kemudian berlanjut di Bukit Batu Patah merupakan dinasti asli Minangkabau yang meneruskan trah Dinasti Gunung Marapi. Dinasti Gunung […]
November 14, 2023 at 12:55 pm
Tasawuf dan Jainism, Figur Iskandar Zulkarnain dan Nabi Syits dalam KSRM | Paco Paco
[…] Dalam Pariangan maso dahulu, di Pasumayam Koto Batu […]
November 15, 2023 at 11:21 am
Prahara Tanah Ranjani dan Migrasi Para Raja Abad Kelima | Paco Paco
[…] di Gunung Dempo atau Gunung Pesagih di kawasan Liwa Tinggi Skala Brak, seperti halnya Pariangan dan Pasumayam Koto Batu bagi Dinasti Gunung Marapi. Nama Ranjani yang mereka sematkan kepada nama kerajaan dan ibukota lama […]
November 16, 2023 at 12:23 pm
Lagundi Bidalo dan Galundi Nan Baselo: Mencari Titik Asal Pemukiman Nenek Moyang Orang Minangkabau | Paco Paco
[…] bernama Pasumayam Koto Batu sebagai tempatnya duduknya Rajo bersama para Penghulu, dan beberapa Kerajaan Pendahulu Pagaruyung seperti Dusun Tuo, Bunga Setangkai dan Bukit Batu […]
November 22, 2023 at 4:07 pm
10 Perkara Baru Dalam Historiografi Minangkabau | Paco Paco
[…] Katumanggungan dan Datuak Parpatiah Nan Sabatang yang mencetus Adat Minangkabau dan bagaimana kerajaan-kerajaan berkembang pada awalnya hingga akhirnya sampai ke era Kerajaaan Pagaruyung yang mewarnai sejarah […]
November 24, 2023 at 12:15 pm
Datuak Katumanggungan, Konflik, Intrik Politik dan Tersingkirnya Sang Raja Bungo Satangkai | Paco Paco
[…] yaitu dari Nagari Tanjung Sungayang. Semua kuda harus diberi bertali cindai dan dibawa ke Nagari Sungai Tarab Salapan Batur. Kuda yang delapan ekor itu gunanya akan jadi emas pemberi (penjemput menantu) oleh orang Lareh […]
November 24, 2023 at 2:26 pm
Datuak Katumanggungan, Konflik, Intrik Politik dan Tersingkirnya Sang Rajo Luhak Nan Tigo | Paco Paco
[…] yaitu dari Nagari Tanjung Sungayang. Semua kuda harus diberi bertali cindai dan dibawa ke Nagari Sungai Tarab Salapan Batur. Kuda yang delapan ekor itu gunanya akan jadi emas pemberi (penjemput menantu) oleh orang Lareh […]
November 25, 2023 at 3:31 pm
Adityawarman di Minangkabau, Anggang Dari Lauik vs Dewang Palokamo KSRM | Paco Paco
[…] Anggang dari Lauik ini praktis mengakhiri kekuasaan Datuak Katumanggungan sebagai seorang Rajo dan Pamuncak Luhak Nan Tigo, karena Anggang ini menjadi […]
November 26, 2023 at 8:26 am
Pasal Rajo-Rajo Pagaruyung Balai Janggo: Manuskrip Asli Paling Dicari? | Paco Paco
[…] legitimasi sebagai Dinasti Asli Minangkabau Pariangan dari jalur Dinasti Bungo Setangkai dan Bukit Batu Patah, yang merupakan keturunan Puti Reno Sudah (Istana Bungo Setangkai, Sungai Tarab) dan sudah […]
November 26, 2023 at 10:15 pm
Puti Nan Batujuah dan Kisah Tersingkirnya Daulat Yang Dipertuan Batu Patah | Paco Paco
[…] Sungai Tarab sendiri merupakan pusat dari Kerajaan Bunga Setangkai dan merupakan salah satu dari kerajaan-kerajaan pendahulu yang ada di Alam Minangkabau. Datuak Katumanggungan tercatat sebagai raja terakhir di kerajaan ini […]
November 27, 2023 at 5:35 pm
Adityawarman di Minangkabau, Anggang Dari Lauik vs Dewang Palokamo dalam KSRM | Paco Paco
[…] Anggang dari Lauik ini praktis mengakhiri kekuasaan Datuak Katumanggungan sebagai seorang Rajo dan Pamuncak Luhak Nan Tigo, karena Anggang ini […]